HomeSerba-Serbi RamadhanAmalan di 10 Hari Terakhir Bulan Ramadhan
Amalan di 10 Hari Terakhir Bulan Ramadhan -MuadzDotCom- Sahabat Belajar Islam

Amalan di 10 Hari Terakhir Bulan Ramadhan

Saudaraku seiman, Alhamdulillah kita sekarang berada di 10 (sepuluh) hari terakhir di bulan Ramadhan yang penuh keberkahan. Yang mana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjelaskan bahwa pada sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan ini terdapat begitu banyak keutamaan, kebaikan serta pahala yang Allah sediakan bagi hamba-hambaNya. Maka dari itu kita harus berlomba-lomba untuk meraih keutamaan dan pahala di dalamnya.

Beberapa hal yang bisa kita lakukan agar bisa meraih pahala dan keutamaan 10 hari terakhir di bulan Ramadhan yang mulia ini adalah:

1. Lebih giat dan bersungguh-sungguh dalam melakukan ibadah.

Dahulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga senantiasa meningkatakan amalan ibadahnya di 10 hari terakhir pada bulan Ramadhan. Hal ini dan sebagaimana yang disebutkan di dalam hadits yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha:

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَجْتَهِدُ فِي الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مَا لاَ يَجْتَهِدُ فِي غَيْرِهِ.

“Pada 10 hari terakhir (di bulan Ramadhan) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih bersungguh-sungguh (dalam beribadah) melebihi hari-hari yang lainnya.” (HR. Muslim no. 1175)

2. Menghidupkan malam-malamnya dengan memperbanyak ibadah.

Di awal-awal Ramadhan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasanya menyertai ibadah shalat dan puasanya dengan tidur, namun jika telah masuk pada 10 hari terakhir maka beliau pun mengurangi kapasitas tidurnya. Dan beliau memanfaatkan malam-malamnya untuk beribadah kepada Allah.

Di dalam musnad Imam Ahmad rahimahullah terdapat hadits dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha yang menyebutkan bahwa:

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْلِطُ الْعِشْرِينَ بِصَلَاةٍ وصَوْمٍ وَنَوْمٍ، فَإِذَا كَانَ الْعَشْرُ شَمَّرَ وَشَدَّ الْمِئْزَرَ.

“Pada 20 hari yang pertama (di bulan Ramadhan) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa mengkombinasikan antara shalat, puasa dan tidurnya. Namun jika telah masuk pada 10 hari yang terakhir beliau bersungguh-sungguh dan mengencangkan sarungnya (menjauhi istri-istrinya).” (HR. Ahmad [6/68, 146])

3. Membangunkan anggota keluarga.

Dahulu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga senantiasa membangunkan keluarganya untuk shalat, memperbanyak dzikir dan bersungguh-sungguh dalam mengamalkan malam-malam bulan Ramadhan yang penuh barakah ini.

Di dalam hadits yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha disebutkan bahwa:

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ وَأَحْيَا لَيْلَهُ وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ.

“Jika telah datang 10 hari yang terakhir (di bulan Ramadhan) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengencangkan sarungnya, menghidupkan malam-malamnya (dengan beribadah), dan beliau juga membangunkan keluarganya (untuk beribadah).” (HR. al-Bukhari no. 2024 dan Muslim no. 1174)

Pada 10 hari yang terakhir merupakan kesempatan emas bagi setiap muslim untuk memperoleh pahala dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Maka dari itu kita harus bersungguh-sungguh dalam beribadah di dalamnya, karena kita tidak akan pernah tahu apakah kita masih bisa bertemu lagi dengan bulan Ramadhan yang akan datang atau tidak.

4. Beri’tikaf

I’tikaf adalah menetap di dalam masjid dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah dengan memperbanyak melakukan ketaatan dan ibadah kepada Allah. Dan hal ini merupakan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang disebutkan di dalam al-Quran dan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَلاَ تُبَاشِرُوهُنَّ وَأَنتُمْ عَاكِفُونَ فِي الْمَسَاجِدِ

“Janganlah kamu campuri mereka (istri-istrimu) itu, sedang kamu beri’tikaf dalam masjid.” (QS. al-Baqarah [2]: 187)

Di dalam hadits yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha disebutkan bahwa:

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الْأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ.

“Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dahulu beri’tikaf di 10 hari yang terakhir dari bulan Ramadhan hingga Allah Ta’ala mewafatkannya. Kemudian setelah beliau wafat, istri-istri beliau juga senantiasa beri’tikaf.” (HR. al-Bukhari no. 2026 dan Muslim no. 1172)

5. Besungguh-sungguh dalam meraih malam lailatul qadar.

Pada penghujung bulan Ramadhan, tepatnya di 10 (sepuluh) malam yang terakhir terdapat lailatul qadar, yaitu suatu malam yang penuh kemuliaan dan keberkahan yang mana pahala ibadah seorang hamba akan dilipat gandakan. Bahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan bahwa lailatul qadaritu lebih baik dari seribu bulan.

Allah Ta’ala berfirman:

إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ، وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ، لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ

“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (al-Quran) pada malam kemuliaan, Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.”(QS. al-Qadr [97]: 1-3)

Maka dari itu, setiap muslim hendaknya bersungguh-sungguh untuk bisa mendapatkan lailatul qadar, terutama di 10 malam terakhir pada bulan Ramadhan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ.

“Carilah lailatul qadar pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan.” (HR. al-Bukhari no. 2020 dan Muslim no. 1169, dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha)

Demikianlah beberapa amalan yang bisa kita lakukan di 10 hari terakhir bulan Ramadhan. Masih banyak amal ibadah lainnya yang bisa kita lakukan untuk mendapatkan keutamaan, keberkahan serta pahala di sisi Allah terutama di 10 hari terakhir bulan Ramadhan yang mulia ini. Semoga kita dipermudah untuk bisa benar-benar mengamalkannya. Amin Ya Rabbal ‘Alamin.

Referensi:
Majalisu Syahra Ramadhan, karya Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullah, cetakan Maktab Awdha’ussalaf, Riyadh 1416 H.


Ditulis oleh: Mu’adz Mukhadasin
Selasa, 21 Ramadhan 1434 H/ 30 Juli 2013.
www.muadz.com

2 comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

x

Check Also

Doa Berbuka Puasa - MuadzDotCom - Sahabat Belajar Islam

Doa Berbuka Puasa

Berkaitan dengan doa berbuka puasa, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam telah mengajarkan kepada kita sebagaimana yang diriwayatkan oleh sahabat Ibnu 'Umar radhiyallahu 'anhuma, yang mana beliau mengatakan bahwa, dahulu ketika berbuka puasa, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam membaca: ذَهَبَ الظَّمَأُ، وَابْتَلَّتِ الْعُرُوْقُ وَثَبَتَ الأَجْرُ إنْ شَاءَ اللهُ "Dzahabadzh dzhama'u wabtalatil 'uruuqu wa tsabatal ajru insya Allah" [Telah hilang rasa haus, dan urat-urat telah basah, serta pahala akan tetap (diperoleh) insya Allah] (HR. Abu Dawud 2/306, dan juga yang lainnya, silakan lihat Shahih al-Jami' 4/209) Itulah doa buka puasa yang benar dan shahih, yang sesuai dengan contoh dari Nabi kita yang mulia, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Adapun doa berbuka puasa yang berasal dari hadits yang dha'if (lemah) maka hendaknya diinggalkan, walaupun doa tersebut masyhur dan populer di kalangan masyarakat.