Bulan Dzulhijjah merupakan salah satu di antara bulan-bulan di dalam Islam yang mempunyai banyak keutamaan. Bulan Dzulhijjah disebut juga dengan bulan haji, karena di dalam bulan inilah puncak ibadah haji. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mejelaskan bahwa amalan ibadah yang dilakukan di sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah memiliki keutamaan yang sangat agung, bahkan lebih agung dari jihad di jalan Allah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيْهَا أَحَبُّ إِلَى اللهِ مِنَ هَذِهِ الْأَيَّامِ – يَعْنِي أَيَّامَ الْعَشْرِ. قَالُوا: يَا رَسُوْلَ اللَّهِ، وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيْلِ اللهِ؟ قَالَ: وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيْلِ اللهِ إِلَّا رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ وَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيْءٍ.
“Tidaklah ada hari-hari yang mana amal shalih di dalamnya lebih dicintai oleh Allah dari sepuluh hari ini, yaitu sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah. Para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, tidak pula jihad di jalan Allah?” Beliau menjawab, “Tidak pula jihad di jalan Allah, kecuali jika seseorang keluar untuk berjihad dengan membawa jiwa dan hartanya, dan ia tidak kembali darinya sedikit pun.” (HR. al-Bukhari [969], dari hadits Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma)
Allah Ta’ala pun mengabadikan keutamaan sepuluh hari pertama ini di dalam firmanNya:
وَالْفَجْرِ، وَلَيَالٍ عَشْرٍ
“Demi fajar, dan malam yang sepuluh.” (QS Al-Fajr [89]: 1-2)
Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan hafidzahullah mengatakan bahwa: “Menurut pendapat yang kuat dari para ulama, malam yang sepuluh yang dimaksud di ayat tersebut adalah sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah. Allah bersumpah dengannya karena kemuliaan dan keutamaannya yang agung. Dan Allah tidak akan bersumpah dengan sesuatu, kecuali hal itu memiliki sesuatu yang utama.” (Fadhlu Al-‘Asyri min Dzilhijjah, Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan, dalam www.alfawzan.af.org.sa)
Ketika menafsirkan ayat tersebut, Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullah menjelaskan, bahwa pendapat yang shahih mengenai malam yang sepuluh dari ayat tersebut adalah malam sepuluh dalam bulan Ramadhan atau sepuluh (hari pertama) di bulan Dzulhijjah, yang mana malam tersebut adalah malam-malam yang penuh keutamaan. Dan di dalamnya terdapat ibadah-ibadah yang bisa mendekatkan diri kepada Allah, dan hal itu tidak terdapat di malam atau hari yang lainnya. (Silakan lihat Taisir al-Karim ar-Rahman fi Tafsir Kalam al-Mannan, halaman 1089, terbitan Darus Salam, Saudi Arabia)
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga menyebutkan tentang keutamaan 10 hari pertama bulan Dzulhijjah di dalam firmanNya:
وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَّعْلُومَاتٍ عَلَى مَا رَزَقَهُم مِّن بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ
“Dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezeki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak.” (QS Al-Hajj [22]: 28)
Para ulama menjelaskan bahwa “hari yang ditentukan” yang dimaksud dalam ayat ini adalah sepuluh hari di bulan Dzulhijjah.
Di 10 hari pertama bulan Dzulhijjah juga terdapat rukun yang paling agung dari rukun-rukun ibadah haji, yaitu wukuf di ‘Arafah. Di hari yang mulia ini berkumpullah kaum Muslimin yang berasal dari seluruh penjuru dunia di satu tempat, untuk melaksanakan rukun yang agung dari rukun-rukun ibadah hajinya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengabarkan kepada ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwasanya di hari itu Allah turun ke langit dunia dan membanggakan orang-orang yang wukuf di Arafah di hadapan para malaikatNya, seraya berkata:
اُنْظُرُوا إِلَى عِبَادِي شُعْثًا غُبْرًا أَتُوْنِي مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيْقٍ، يَرْجُوْنَ رَحْمَتِي، وَيَخَافُوْنَ عَذَابِي، أُشْهِدُكُمْ أَنِّي قَدْ غَفَرْتُ لَهُمْ
“Lihatlah kalian kepada hamba-hambaKu, kusut masai dan berdebu, mereka mendatangiKu dari segala penjuru, dan mereka mengharapkan rahmatKu, dan takut terhadap adzabKu, saksikanlah bahwasanya Aku telah mengampuni dosa-dosa mereka.”
Demikianlah dalil-dalil yang menunjukan keutamaan 10 hari pertama bulan Dzulhijjah. Setelah mengetahui beberapa keutamaannya, maka hendaknya kita bersemangat dalam melaksanakan amalan-amalan shalih di dalamnya. Amalan shalih yang bisa kita lakukan pun sangat lah banyak, misalanya: memperbanyak puasa, bersedekah, shalat sunnah, berdzikir, bertakbir, berkurban, dan amalan-amalan shalih yang lainnya. Semoga kita dipermudah untuk melakukan amalan-amalan tersebut.
Oleh: Muadz Mukhadasin
www.muadz.com
Referensi:
– Riyadhus Shalihin min Kalami Sayyidil Mursalin, karya Imam an-Nawawi rahimahullah.
– Artikel yang berjudul “Fadhlu al-‘Asyri min Dzilhijjah“, oleh Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan rahimahullah, sumber (www.alfawzan.af.org.sa).
– Taisir al-Karim ar-Rahman fi Tafsir al-Kalam al-Mannan, karya Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di rahimahullah, Penerbit Darus Salam, Saudi Arabia.